Mesin Uang Otomatis

banner.co

Pengirim Iklan Massal

Thursday 2 April 2009

Sebenarnya, pernah pada suatu masa, di negara-negara Eropa wanita gemuk mempunyai daya tarik tersendiri. Wanita bertubuh montok agak berisi saat itu dianggap lebih cantik daripada wanita kurus. Perhatikan deh, lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci yang fenomenal itu. Monalisa bukan tipe wanita langsing bukan? Apa sebenarnya hal baik tentang lemak ?

Sebenarnya, pernah pada suatu masa, di negara-negara Eropa wanita gemuk mempunyai daya tarik tersendiri. Wanita bertubuh montok agak berisi saat itu dianggap lebih cantik daripada wanita kurus. Perhatikan deh, lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci yang fenomenal itu. Monalisa bukan tipe wanita langsing bukan? Apa sebenarnya hal baik tentang lemak ?

Sebenarnya juga, bapak kedokteran modern, Hipocrates sudah jauh-jauh hari memberi peringatan bahwa orang gemuk biasanya lebih cepat meninggal. Peringatan Hipocrates kini terbukti. Seiring perkembangan ilmu kedokteran, penelitian pun membuktikan bahwa kegemukan bukan lambang kemakmuran tetapi lambang hadirnya berbagai penyakit. Gemuk berarti rentan risiko jantung koroner, diabetes mellitus, kolesterol tinggi, sampai kanker. Tak heran jika tahun 2004 secara tegas WHO menetapkan kegemukan sebagai penyakit.

Si Baik dan si Jahat

Karena tidak hidup di jaman Monalisa, Anda tidak mau gemuk, dong? Pengaturan makan yang kurang baik, gaya hidup kurang gerak, dan faktor genetik diketahui merupakan penyebab kegemukan. Seseorang bisa menggemuk lantaran timbunan kelebihan kalori dalam tubuh yang disimpan dalam bentuk lemak. Simpanan lemak bisa ditemukan dalam darah dan jaringan lemak tubuh (jaringan adipose).

Pada kegemukan terjadi pembesaran jaringan adipose. Dulu, jaringan ini hanya diketahui sebagai tempat menyimpan kelebihan lemak. Namun dalam perkembangannya, diketahui jaringan ini juga mampu mensekresi protein. Di antara protein-protein yang disebut dengan adipositokin ini ada yang baik, contohnya adiponektin. Tapi ada yang jelek, misalnya TNF-Alpa, IL-6, resistin, dan lain-lain.

Nah, kini Anda sudah sedikit berkenalan dengan jaringan adipose. Mungkin, jaringan ini mirip-mirip Hulk, tokoh komik berbadan besar berwarna hijau. Dalam keadaan normal, Hulk adalah seorang ilmuwan yang baik hati. Jangan tanya bila ia dalam keadaan tertekan atau marah, raksasa hijau yang garanglah yang muncul. Begitulah jaringan adipose. Dalam keadan normal, jaringan adipose memberi beberapa manfaat bagi tubuh. Sebaliknya, dalam keadaan tak normal, aksi merusaklah yang akan muncul membahayakan tubuh Anda.

Ketidakseimbangan adipositokin dalam jaringan lemak memang dapat memberi efek buruk pada tubuh, terutama dinamakan sindrom metabolik. Berdasarkan riset, sindrom ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes mellitus, juga menimbulkan ketidaknormalan lain dalam tubuh, seperti resistensi insulin, hipertensi, perlemakan hati, kemandulan, atau kanker payudara. Apa efek adiponektin dan adipositokin lainnya bagi tubuh, saat ini masih terus diteliti.

Yang membahayakan, sindrom metabolik ini tidak menunjukkan gejala-gejala pada penderita kegemukan. Perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menentukan apakah seseorang sudah terjangkit sindrom metabolik. Misalnya dengan tes obesitas abdominal (obesitas perut), tekanan darah, kadar trigliserida, kolesterol HDL, dan glukosa dalam darah.

Adiponektin, si protein baik

Seperti sisi baik Hulk sebagai ilmuwan, salah satu sisi baik jaringan lemak ada pada adiponektin atau si protein baik ini. Ditemukan pertama kali oleh Yuji Matsuzawa dari Osaka University pada tahun 1994. Penemuan Matsuzawa diikuti oleh para ahli lain dari berbagai negara, termasuk para ahli di Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 30.000 papertentang adiponektin. Dan setiap tahun selalu ada temuan-temuan baru

Mengapa adiponektin dikatakan sebagai protein ‘baik’?

Pertama, adiponektin mengatur keseimbangan kadar gula dalam tubuh. Penelitian membuktikan bahwa adiponektin dapat meningkatkan kepekaan sel-sel tubuh terhadap aktivitas insulin yang berperan mengatur keseimbangan kadar gula (glukosa) di dalam tubuh. Pada kondisi normal, adiponektin akan menjaga keseimbangan glukosa darah. Caranya dengan menurunkan produksi glukosa di hati dan memaksimalkan penggunaan gula oleh organ-organ tubuh yang memerlukannya sebagai sumber energi. Konsentrasi adiponektin yang rendah berhubungan dengan resistensi insulin. Akibatnya, gula yang ada di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel atau organ tubuh untuk digunakan sebagai energi. Keadaan ini memicu timbulnya penyakit diabetes atau kencing manis.

Kedua, adiponektin menekan timbulnya penyakit jantung koroner/stroke.

Adiponektin terbukti memiliki efek anti-aterogenik. Maksudnya, ia dapat menghambat pembentukan aterosklerosis yang merupakan penyebab penyakit jantung koroner/stroke. Aterosklerosis adalah penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah akibat penimbunan kolesterol sehingga di dinding terbentuk plak. Kadar adiponektin yang rendah berkaitan dengan kadar HDL (kolesterol baik) yang juga rendah dan menyebabkan terbentuknya LDL (kolesterol jahat) berukuran kecil atau small dense LDL (kolesterol jahat). Selain itu konsentrasi adiponektin yang rendah berkaitan dengan konsentrasi trigliserida yang tinggi dan meningkatkan peradangan pembuluh darah. Keduanya dapat memicu aterosklerosis.

Jadi, saat terjadi penurunan konsentrasi adiponektin, terjadilah berbagai gangguan tersebut. Dari masalah keseimbangan kadar gula darah yang mengakibatkan diabetes mellitus, gangguan metabolisme lemak, sampai memicu aterosklerosis, cikal bakal penyakit jantung koroner dan stroke.

Lalu bagaimana agar adiponektin dalam tubuh tak cenderung turun? Ya, apa boleh buat, jaringan lemaklah yang bertugas meningkatkan kadar adiponektin. Pada berbagai studi ditemukan bahwa kadar adiponektin tinggi terdapat pada individu yang kurus dan aktif berolahraga. Sedangkan pada individu yang gemuk dan tak pernah berolahraga, kadar adiponektinnya rendah. Satu-satunya jalan agar kadar adiponektin dalann tubuh tetap tinggi adalah mengurangi berat badan, melakukan olahraga, dan menjalankan pola makan sehat.

Konsentrasi adiponektin meningkat setelah terjadinya penurunan berat badan pada para individu yang gemuk. Saat ini sudah banyak beredar obat-obatan yang mengandung kadar adiponektin. Tetapi cara terbaik untuk meningkatkan adiponektin adalah menurunkan berat badan dan olahraga.

Bagaimana, sudah semakin akrab dengan adiponektin? Jadi makin tahu, dong, cara mengelolanya, yang ternyata tak jauh-jauh dari penerapan olahraga dan pola makan sehat, bukan?

No comments:

Post a Comment